This is an automated archive made by the Lemmit Bot.
The original was posted on /r/indonesia by /u/Pritteto on 2025-09-12 15:37:25+00:00.
Seorang anggota TNI berinisial Kopda FH ditetapkan sebagai tersangka kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank BUMN berinisial MIP.
Seorang anggota TNI berinisial Kopda FH ditetapkan sebagai tersangka kasus penculikan dan pembunuhan kepala cabang bank BUMN berinisial MIP. Komandan Polisi Militer Kodam Jaya, Kolonel Cpm Donny Agus Priyanto membenarkan ada seorang prajurit TNI yang ditetapkan tersangka.
"Terhadap FH sudah dilakukan penahanan dan ditetapkan sebagai tersangka," kata dia saat dihubungi, Jumat (12/9/2025).
Saat penculikan terjadi, Kopda FH justru tengah dicari dari kesatuannya karena mangkir tanpa izin dinas.
Peran Anggota TNI
Dari hasil penyelidikan, peran FH bukan eksekutor, melainkan perantara. Dia yang mencari dan merekrut orang untuk menjemput paksa korban MIP.
"Saat kejadian tersebut statusnya sedang dicari oleh satuan karena tidak hadir tanpa izin dinas. Peran yang bersangkutan sebagai "perantara" untuk mencari orang guna menjemput paksa," ujar dia.
Meski begitu, POM Kodam Jaya akan terus mendalami kasus ini. "Saat ini masih terus dilakukan pendalaman dan pengembangan," ucap dia.
Kesaksian Tersangka Lain
Keterangan POM Kodam Jaya ini selaras dengan pengakuan Eras, tersangka lain. Melalui kuasa hukumnya, Adrianus Agal, Eras mengaku direkrut oleh oknum aparat berinisial F.
Menurut Agal, Eras sudah kenal lama dengan F. Pada 18 Agustus 2025, F menelepon Eras dan menawarkan untuk menjemput paksa seseorang. Saat itu, Eras belum tahu siapa targetnya. F hanya meyakinkan pekerjaan aman karena korban bakal diantar pulang lagi oleh F bersama “tangan kanan bos”.
"Menurut Eras kerjaan yang diberikan aman karena F menjamin korban diantar pulang oleh F dan tangan kanan bos," kata Agal dalam keterangannya.
Agal mengatakan, kliennya sampai saat ini tidak mengenal dan mengetahui siapa tangan mereka. Kilennya hanya mengenal oknum F.
Pertemuan Susun Rencana Penculikan
Mereka bertemu di daerah Jakarta Timur pada 19 Agustus 2025. Di sana, Eras bersama beberapa kawannya pekerjaan diberitahukan detail. Mereka diminta menjemput paksa seorang korban yang belakangan diketahui adalah MIP.
Keesokan harinya, 20 Agustus 2025, Eras kembali bertemu F di sebuah kafe di daerah Percetakan Negara. F menjelaskan skenario lebih detail penculikan korban.
"Apabila korban berhasil dijemput maka eras harus menyerahkan korban ke “Tangan Kanan Bos” dan nanti korban akan diantar kembali ke rumahnya oleh tangan kanan bos tersebut, dan Oknum “F” menjelaskan ada tim lain yang sedang mengikuti Korban," ujar dia.
Agal menyebut, F mendapat informasi korban sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Kramat Jati pukul 10.00 WIB. Eras dkk pun meluncur ke lokasi. Mereka tiba pukul 11.30 WIB dan menunggu berjam-jam di dalam mobil.
Tepat pukul 16.00 WIB, korban terlihat menuju mobil pribadinya. Saat itulah, Eras bersama komplotannya bergerak. Korban disergap, ditarik, dan didorong masuk ke mobil para pelaku yang parkir persis di sebelah mobil korban. Mobil itu langsung tancap gas keluar dari parkiran.
"Awalnya korban akan diserahkan kepada Oknum “F” dan tangan kanan Bos di daerah Fatmawati, akan tetapi Oknum “F” mengarahkan ke daerah Tanjung Priok. Bahwa Eras tidak setuju untuk korban diserahkan didaerah Tanjung Priok, oleh karena itu eras menunjuk daerah kemayoran saja," ujar dia.
Sekitar pukul 18.55 WIB, korban diserahkan kepada F dan tangan kanan bos di lokasi. Tak lama, korban dibawa kabur oleh orang kepercayaan bos.
Pelaku Penculikan Kaget Korban Tewas
Malam harinya, sekitar pukul 19.30 WIB, Eras dkk bersama F menuju kawasan Arcici, Cempaka Putih. Di sana, F menyerahkan uang tunai Rp45 juta sebagai imbalan. Usai menerima bayaran, kelompok Eras pun bubar.
"Bahwa setelah menerima uang tersebut eras dkk berpisah dengan Oknum “F” dan kembali ke tempat tinggal mereka," ucap dia.
Eras mengaku kaget ketika mengetahui korban yang dijemput paksa ternyata tewas karena dibunuh.
"Eras mengetahui korban meninggal setelah Satreskrim Polres Mabar menunjukkan foto bahwa orang yang mereka jemput paksa sudah meninggal, pada saat itu juga eras meminta ke anggota polisi untuk menelepon oknum F dan Eras sangat shock mendengar korban meninggal, berulang kali eras menelepon namun tidak tersambung," ujar dia.